Sejarah Hari Kesaktian Pancasila Yang Diperingati Setiap Tanggal 1 Oktober

Edukasippkn.com - Sebelum membahas sejarah Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati oleh segenap bangsa Indonesia pada setiap tanggal 1 Oktober pada setiap tahunnya, perlu diketahui apa itu Pancasilah.

Lahirnya Pancasila yakni judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan") pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal "Pancasila" pertama kali dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan gres mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPK tersebut.

Latar belakang Lahirnya Pancasila

Gedung Chuo Sangi In di Jakarta yang dipakai sebagai gedung Volksraad pada tahun 1925. Menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di simpulan Perang Pasifik, tentara pendudukan Jepang di Indonesia berusaha menarik derma rakyat Indonesia dengan membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan" atau BPUPK, yang kemudian menjadi BPUPKI, dengan aksesori "Indonesia").

Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya selesai tanggal 1 Juni 1945).Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang sekarang dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad (bahasa Indonesia: "Perwakilan Rakyat").

Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mendapat giliran untuk memberikan gagasannya wacana dasar negara Indonesia merdeka, yang dinamakannya "Pancasila". Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi Cosakai.

Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan dan menyusun UUD dengan berpedoman pada pidato Bung Karno tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr. AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945, dan mengakibatkan dokumen tersebut sebagai teks untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Seltelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi balasannya rumusan Pancasila hasil penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam Mukadimah UUD 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar negara Indonesia merdeka pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh BPUPKI.

Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1947, mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila”.

”Bila kita pelajari dan selidiki sungguh-sungguh “Lahirnya Pancasila” ini, akan ternyata bahwa ini yakni suatu Demokratisch Beginsel, suatu Beginsel yang menjadi dasar Negara kita, yang menjadi Rechtsideologie Negara kita; suatu Beginsel yang telah meresap dan berurat-berakar dalam jiwa Bung Karno, dan yang telah keluar dari jiwanya secara spontan, meskipun sidang ada dibawah penilikan yang keras dari Pemerintah Balatentara Jepang. Memang jiwa yang berhasrat merdeka, tak mungkin dikekang-kekang! Selama Fascisme Jepang berkuasa dinegeri kita, Demokratisch Idee tersebut tak pernah dilepaskan oleh Bung Karno, selalu dipegangnya teguh-teguh dan senantiasa dicarikannya jalan untuk mewujudkannya. Mudah-mudahan ”Lahirnya Pancasila” ini sanggup dijadikan aliran oleh nusa dan bangsa kita seluruhnya dalam perjuangan memperjuangkan dan menyempurnakan Kemerdekaan Negara.”

Pada bulan April 1945 dibuat Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya dr. Radjiman antara lain mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang, "Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?"

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan eksklusif yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu:

Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah usang berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya mencurigai pidato Yamin tersebut.

Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia; Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita andal bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.


Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibuat suatu Panitia Kecil untuk:

1.   Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara menurut pidato yang diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
2.   Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.
3.   Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk menyelenggarakan kiprah itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang kmeudian diberi nama Piagam Jakarta.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah:

1.   Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945
2.   Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945
3.   Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949
4.   Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950
5.   Rumusan Kelima: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 wacana Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.

Sejarah Peringatan Hari Kesaktian Pancasila

Terjadinya Gerakan G30SPKI

Gerakan G30SPKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya dikala malam hari. Insiden G30SPKI sendiri masih menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif yang melatar belakanginya. Akan tetapi kelompok reliji terbesar dikala itu dan otoritas militer mengembangkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan ulah PKI yang bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.

Sedangkan Menurut versi Orde Baru gerakan ini dilakukan oleh sekelompok pasukan yang diketahui sebagai pasukan Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden yang melaksanakan agresi pembunuhan dan penculikan kepada Enam (6) jenderal senior Tentara Nasional Indonesia AD (Angkatan Darat).

Tiga Jenderal yaitu: MT Haryono, Ahmad Yani dan DI Panjaitan tewas di tempat. Sedangkan Tiga Jenderal lainnya menyerupai Sutoyo Siswomiharjo, Soeprapto dan S. Parman di bawa oleh para pemberontak dalam kondisi hidup.

Salah satu jenderal yang menjadi target utama pemberontak (PKI) yakni jenderal Tentara Nasional Indonesia Abdul Haris Nasution (AH Nasution), namun dia sanggup selamat dari kejadian ajal tersebut. Tetapi putri dari sang jenderal serta Ajudan sang jenderal (Pierre Tendean) harus rela menjadi korban dan tewas atas kebiadaban PKI. semula PKI mengira Pierre Tendean (Ajudan Jenderal AH Nasution) ini sebagai jenderal AH Nasution namun ternyata salah.

Para jenderal yang dibawa dalam kondisi hidup (Sutoyo Siswomiharjo, Soeprapto dan S. Parman) kemudian mengalami penyiksaan yang tidak manusiawi. Mereka disiksa secara biadab seakan mereka bukan manusia. Dan sesudah para jenderal ini gugur jasad mereka kemudian dibuang oleh PKI ke dalam sebuah lubang yang kemudian di kenal dengan sebutan Lubang Buaya, kemudian sesudah itu bab atas lubang buaya mereka tutupi dengan pohon pisang.

Sesudah melaksanakan agresi pembantaian tersebut, pemberontak yang disebut-sebut diotaki oleh PKI berhasil menguasai Studio RRI (Radio Republik Indonesia) dan juga Kantor Telekomunikasi. Letkol Untung yang merupakan salah satu bab dari pemberontak (PKI) melalui RRI mengumumkan terbentuknya 'Dewan Revolusi' dan mengumumkan telah berhasil menghentikan upaya 'Dewan Jenderal' yang disematkan pada jenderal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang mau melaksanakan perebutan kekuasaan terhadap pemerintah.

Mayor Jendral Soeharto (Mantan Presiden) yang dikala itu menjabat seorang jenderal namanya tidak tercantum dalam daftar tokoh yang harus dimusnahkan oleh pemberontak. Sehingga Soeharto mendapat kesempatan untuk memegang kendali komando dan menciptakan beberapa kebijakan taktik penting yang kemudian berhasil merebut kembali Jakarta dari genggaman pemberontak (PKI) Dalam tempo sehari, sehingga upaya pembentukan 'Dewan Revolusi' sanggup digagalkan.

Setelah itu pada tanggal 1-Oktober-1965 tepatnya pada pukul 20.15 WIB, Dinas Penerangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat melalui RRI (Radio Republik Indonesia) memberitahukan bahwa telah terjadi gerakan Kontra Revolusi yang berhasil menculik 6 jenderal senior Angkatan Darat (TNI AD). namun situasi sanggup dikuasai kembali oleh pimpinan Angkatan Darat yang kala itu berada di tangan Mayor Jendral Soeharto, dan kemudian Tepat pada jam 21.00 WIB  (9 malam) pada 1-Oktober-1965 pemerintah lewat Mayor Jendral Soeharto mengumumkan PKI di Indonesia berhasil di tumpas. Dan balasannya sejarah tanggal 1 Oktober di kenang sebagai Hari Kesaktian Pancasila, dan untuk mengenang 7 jenderal yang menjadi korban keganasan PKI pemerintah membangun Monumen Pancasila Sakti.

Beberapa jendral dan korban lainnya yang menjadi kebrutalan agresi G30SPKI dikala itu yakni:

1.   Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono.
2.   Letnan Jendral (Letjen) Anumerta Ahmad Yani.
3.   Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo.
4.   Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan.
5.   Mayor Jendral (Mayjen) Raden Soeprapto.
6.   Mayjen Siswondo Parman.
7.   Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun.
8.   Ade Irma Suryani Nasution (Putri Abdul Haris Nasution).
9.   Kapten Letnan Satu Pierre Andreas Tendean (Ajudan Abdul Haris Nasution).
10. Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto (Korban G30SPKI di Yogyakarta).
11. Kolonel Katamso Darmokusumo (Korban G30SPKI di Yogyakarta).

Untuk sekedar informasi, Hari Kesaktian Pancasila berbeda dengan Hari Lahirnya Pancasila, Hari Lahirnya Pancasila merupakan hari dimana Pancasila pertama kali diperdengarkan kepada umum. Yaitu Pada tanggal 1 Juni 1945, dikala Soekarno mengusulkan nama dasar negara kita dengan nama Pancasila. Sedangkan Hari Kesaktian Pancasila yakni hari dimana Pancasila dianggap sebagai dasar negara yang tak tergantikan dan berafiliasi dengan kejadian G30SPKI.

Secara umum sanggup disimpulkan bahwasannya sejarah Hari Kesaktian Pancasila ini alasannya pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi otoritas militer dan kelompok keagamaan terbesar dikala itu mengembangkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan perjuangan PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan membenarkan kejadian Pembantaian di Indonesia 1965–1966.

Pada hari itu, enam Jenderal dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akhir G30S sendiri pada balasannya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru kemudian memutuskan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Hari Kesaktian Pancasila / Hari Pancasila selalu di peringati pada tanggal 1 Oktober, Sejarah hari Kesaktian Pancasila tidak sanggup dilepaskan dari terjadinya kejadian pemberontakan G30SPKI yang kabarnya didalangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia).

Referensi : https://id.wikipedia.org, http://www.markijar.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panduan Alih Fungsi Bagi Guru Smk/Sma Aktivitas Sertifikasi Pendidik Dan Sertifikasi Keahlian

Foppsi / Lembaga Pendataan Pendidikan Seluruh Indonesia Sedang Memperjuangan Nasib Operator Sekolah Di Seluruh Indonesia

Karakteristik / Ciri-Ciri Warga Negara Yang Bertanggung Jawab